1 Agustus 2011

Belajar Sejarah lewat Uang Lama

NAMANYA Panji Kumala. Usianya masih muda, baru menginjak kepala tiga. Namun hobinya di luar kebiasaan orang-orang muda seusianya, yakni mengoleksi uang lama. Hobi tersebut sudah ia jalani sejak Mei 2008. Ia bahkan masih ingat betul tanggal persisnya mulai mengoleksi uang lama: 8 Mei 2008.

Hanya berselang setahun kemudian koleksi Panji sudah terbilang lengkap. Saat berbincang-bincang dengan Eko Nurhuda dari uanglama.com di kediamannya yang terletak di kawasan Mrican, Yogyakarta, Rabu (20/5/2009), tak lupa ia menunjukkan koleksi-koleksinya.

Waktu itu ia mengeluarkan tiga album besar, salah satunya berisi uang lama seri Soedirman lengkap. Selain itu ada pula beberapa kotak yang salah satunya berisi uang lama jaman pendudukan Jepang. Rupanya uang Jepang tersebut item andalannya di situs lelang eBay.

Berawal dari eBay
"Koleksi saya yang tertua berumur 2000 tahun," katanya. Uang berusia dua abad tersebut berbentuk sebuah koin yang dipakai sebagai alat tukar di daerah Timur Tengah pada jaman Kerajaan Romawi. Koleksi tersebut ia beli di eBay. Menurut penjualnya, uang yang diberi nama Widow's Mite itu digunakan di kala Yesus Kristus masih hidup.

Sebelum terjun di dunia numismatik, Panji aktif di sebuah perusahaan multilevel marketing asal Cina. Seorang adiknya bahkan membuka stokist yang masih aktif hingga sekarang.

Perkenalan Panji dengan uang lama terbilang tidak sengaja. Waktu itu ia baru saja mengenal eBay di internet. Di tengah keasyikannya mempelajari fitur dan cara kerja eBay, secara kebetulan ia menemukan penjual uang lama. Beberapa penjual bahkan menawarkan uang-uang lama Indonesia.

Merasa tertarik, ia lantas mulai membaca-baca referensi seputar uang lama dan dunia numismatik. Tak lama berselang ia pun membeli koleksi pertamanya, yakni (uang apa?)

Bernilai Sejarah
Menurut alumni Akuntansi STIE YKPN ini, ketertarikannya pada uang lama bukan sekedar karena unik dan kuno, tapi juga nilai sejarah yang dikandungnya. "Kita bisa mengenal sejarah bangsa ini melalui uang, karena tiap jaman uangnya berbeda-beda," katanya.

Contohnya, tak banyak generasi sekarang yang tahu kalau di tahun 1945-1950 sempat beredar uang-uang daerah. Uang yang beredar di Jawa, misalnya, berbeda dengan uang yang beredar di Sumatera. Bahkan uang di Jambi berbeda dengan uang di Bukittinggi, Sumatera Barat, sekalipun sama-sama terletak di Pulau Sumatera.

Fakta menarik lain yang tak banyak diketahui umum, di era tersebut beredar empat mata uang berbeda. Tiga kekuatan yang saling berebut pengaruh di bumi Nusantara waktu itu sama-sama mengeluarkan uang untuk menunjukkan dominasinya. Akibatnya, Indonesia yang baru merdeka dilanda inflasi hebat.

Ketika Jepang menjajah Indonesia, digunakanlah uang Jepang. Padahal uang Hindia Belanda yang dikeluarkan oleh De Javasche Bank masih banyak digunakan. Otomatis ada dua mata uang yang beredar di Indonesia saat itu, yakni uang Jepang dan uang De Javasche Bank.

Saat Jepang menyerah kepada sekutu dan Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, uang Jepang masih berlaku. Sementara itu, Allied Forces for Netherlands East Indies (AFNEI), atau lebih dikenal sebagai NICA, juga mengeluarkan mata uang untuk membiayai seluruh kegiatannya saat mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari Jepang. Jadilah ada tiga mata uang sekaligus yang beredar di masyarakat.

Berhubung ketiga mata uang tersebut tidak dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia, peredarannya tidak terkontrol. Akibatnya, perekonomian negara kacau balau dan Pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa. Protes keras yang dilayangkan ke AFNEI sama sekali tidak ditanggapi.

Melihat kondisi ini, Pemerintah RI yang baru berdiri mengambil sikap. Demi menyelamatkan perekonomian negara sekaligus menanamkan semangat nasionalisme pada rakyatnya, Presiden Soekarno mengeluarkan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Uang tersebut mulai berlaku sejak 26 Oktober 1946. Sejak itu pula Pemerintah menyatakan uang Jepang dan uang De Javasche Bank tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia.

Tampilan Gambar Memikat
Berkat hobi barunya itu pulalah Panji jadi menyukai sejarah. "Padahal saya dulu tidak suka pelajaran sejarah," ujarnya sambil tersenyum.

Hal lain dari uang lama yang menarik hati Panji adalah keindahan tampilannya. Gambar-gambar uang tersebut baginya merupakan sebuah karya seni tinggi, tak ubahnya lukisan karya seniman.

Uang lama yang gambarnya paling indah menurut Panji adalah seri wayang, sebutan bagi uang terbitan De Javasche Bank yang mulai beredar di era 1930-an. Sesuai namanya, uang-uang dalam seri wayang bergambar tokoh-tokoh pewayangan yang diperankan oleh para seniman wayang orang. Karena keistimewaan inilah seri wayang menjadi koleksi favorit para kolektor, membuatnya banyak diburu sekaligus melambungkan harganya. [eko/uanglama.com]

Catatan: Dikembangkan dari artikel Belajar Sejarah lewat Uang di rubrik Klangenan, Harian Jogja, edisi Minggu Legi, 7 Juni 2009. Merupakan hasil liputan Eko Nurhuda saat magang sebagai reporter koran tersebut.
BAGIKAN ARTIKEL INI
loading...

0 comments: