2 Maret 2020

Mengenal lebih dekat hobi numismatik

Mengenal lebih dekat hobi numismatik


AWALNYA saya pikir wawancara by phone dengan Mbak Wike Dita Herlinda dari Bisnis Indonesia pada November 2015 lalu hanya untuk edisi cetak. Rupanya, ketika beberapa waktu lalu googling mencari referensi mengenai perkembangan terbaru dunia numismatik Indonesia, saya menemukan wawancara berikut di laman Bisnis.com.

Baca juga: Numismatik tak pernah redup (liputan Bisnis Indonesia)

Ya, ini rupanya transkrip wawancara by phone saya dengan Mbak Dita. Percakapan yang seingat saya berlangsung nyaris satu jam ketika itu, dalam kondisi saya sembari mengawasi anak-anak bermain di halaman belakang. Hahaha.

Saya publikasikan ulang di sini, karena menurut saya ada beberapa hal yang musti diluruskan. Misalnya, saya berdomisili di Pemalang, bukan Pamulang. Saya juga menebalkan bagian pertanyaan Mbak Dita agar lebih nikmat dibaca.

Semoga bermanfaat bagi siapapun yang menemukan posting ini.

Mengenal Lebih Dekat Hobi Numismatik


Wike Dita Herlinda - Bisnis.com
25 November 2015 | 06:23 WIB

Bisnis.com, JAKARTA -- Harus diakui, numismatik atau koleksi uang kuno merupakan salah satu hobi yang tidak lekang digerus zaman. Seiring dengan semakin berkembangnya era modern, para numismatis (kolektor uang kuno) justru semakin berjamuran di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia sendiri, hobi ini terus menjangkau pelosok daerah bersamaan dengan pesatnya perkembangan komunitas uang kuno. Namun, untuk mengoleksi uang kuno ada banyak hal yang perlu diperhatikan.

Ahli uang kuno Eko Nurhuda yang juga owner UangLama.com menjelaskan uang kuno dari seri-seri terlangka di Indonesia sudah semakin banyak yang berpindah tangan ke kolektor asing. Akibatnya, pengetahuan sejarah uang di negara ini bisa terancam.

Untuk itu, dia menyarankan agar para kolektor uang kuno juga berperan serta dalam pelestarian uang yang pernah berlaku di Indonesia. Selain itu, ada baiknya setiap uang kuno diverifikasi untuk menghindari maraknya kasus pemalsuan.

Berikut penjelasan pria yang berbasis di Pemalang itu seputar numisatik Indonesia:

Bagaimana periodisasi uang kuno, khususnya yang ada di Indonesia? Dibagi berdasarkan apa?
Kalau uang kuno di Indonesia itu secara umum dibedakan berdasarkan dua, yaitu uang kolonial atau uang pada zaman penjajahan Belanda dan uang RI atau uang Indonesia.

Uang Indonesia itu kemudian bisa dibagi lagi menjadi uang periode awal kemerdekaan atau Oeang Republik Indonesia (ORI) dan uang-uang yang lebih mutakhir mulai dari dekade 1960-an sampai saat ini. Kurang lebih seperti itu pembagiannya.

ORI sendiri dibagi lagi menjadi Orida (ORI Daerah). Sebab, pada awal kemerdekaan, terdapat 3 mata uang yang berlaku di Indonesia, yaitu mata uang Hindia Belanda, Jepang, dan ORI. Indonesia ingin mengukuhkan ORI sebagai mata uang yang berdaulat di republik ini.

Namun, setelah dirilis, terdapat kendala logistik untuk dapat mendistribusikan ORI ke daerah-daerah. Pada akhirnya, setiap daerah membuat ORI-nya sendiri-sendiri yang dikenal dengan istilah Orida. Jenis uang ini sudah semakin langka sekarang.

Kenapa uang mutakhir dihitung per dekade 1960-an?
Jadi, dulu itu mata uang Indonesia dibedakan atas beberapa zaman. Pertama adalah zaman Uang Soekarno. [Para ahli numismatik dan kolektor uang kuno] menyebutnya demikian, karena uang pada masa itu bisa dibilang sebagai uang revolusi.

Pada zaman itu, uang tidak hanya sekadar sebagai alat tukar. Ada peneliti dari Belanda yang mengungkapkan ternyata di permukaan uang pada zaman Soekarno terdapat kode

Di nomor serinya terdapat kode khusus, yang fungsinya selain untuk mencegah pemalsuan, juga merupakan kode tertentu bagi republik yang baru berdiri.

Bagaimana dengan uang yang berasal dari zaman kerajaan Nusantara, sebelum era kolonial? Apa dapat dikatagorikan uang kuno?
Iya, itu termasuk uang kuno. Namun, pada umumnya uang-uang pada zaman itu tidak terbuat dari bahan kertas.

Kebanyakan [uang zaman kerajaan] berupa logam, seperti Gobok kalau dari kerajaan-kerajaan di Jawa dan uang Piti atau Pitis dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Ada juga uang Kampua yang terbuat dari kain tenun dari Kerajaan Buton di Sulawesi.

Ada juga sih kolektor yang mengoleksi uang seperti itu. Namun, untuk kolektor atau numismatis, kebanyakan mereka mengoleksi uang mulai dari zaman kolonial ke atas yang bahan dasarnya sudah berupa kertas atau koin.

Kalau uang-uang zaman kerajaan itu lebih tergolong sebagai barang antik, yang lebih cocok untuk dikoleksi museum ketimbang kolektor. Sebab, mereka lebih condong digolongkan sebagai benda purbakala.

Bagaimana cara membedakan uang kuno asli atau palsu?
Ini juga sebenarnya merupakan isu krusial di kalangan numismatis.

Sebenarnya ada yang namanya Katalog Uang Kertas Indonesia sebagai rujukan. Untuk yang koin, sejauh ini memang tidak ada [katalog rujukannya], karena isu [pemalsuannya] tidak terlalu besar. Namun, untuk uang kertas, memang banyak isunya.

Apalagi, dengan teknologi cetak yang semakin canggih, uang-uang zaman dulu yang teknologi pengamanannya terbatas dapat dengan mudah dipalsukan. Untuk mencegah pemalsuan, sekarang ada yang namanya Paper Money Guaranty (PMG).

PMG adalah perusahaan grading uang kertas yang berbasis di Sarasota, Florida. Mereka memberikan semacam sertifikasi berdasarkan level-level uang lamanya. Nah, itu, kita bisa mengirim uang ke sana dan meminta verifikasi keaslian.

Kalau sudah ada label PMG, keraguan atas keaslian uang pun bisa dihilangkan. Tentunya, harganya pun juga akan berbeda.

Misalnya saja, ada dua helai uang Soekarno Rp100 dengan tahun keluaran, ciri-ciri, dan nominal yang sama. Namun, kalau yang satunya diverifikasi PMG, harganya akan berkali-kali lipat lebih tinggi daripada yang tidak [diverifikasi].

[Tempat verifikasi] Ini sayangnya hanya ada di Amerika. Namun, bisa juga lewat perwakilan di masing-masing negara melalui asosiasi-asosiasi numismatik.

Apa sih sebenarnya manfaat dari mengoleksi uang kuno? Mengapa hobi ini bisa bertahan di sepanjang zaman?
Ini terkait dengan sejarah bangsa. Jadi, masing-masing uang memiliki cerita. Uang pada zaman Soeharto, Soekarno, dan sebagainya memiliki ceritanya sendiri-sendiri. Misalnya, uang zaman Soekarno memiliki variasi kode rahasia yang tidak dirancang sembarangan.

Demikian pula uang berdasarkan seri, seperti seri hewan pada 1957. Itu juga ada cerita tersendiri. Pada waktu itu uang ditandatangani oleh perdana menteri, yang ternya dia terlibat pemberontakan PRRI Permesta di Sumatra.

Dulu, sebelum ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia, uang di Indonesia ditandatangani oleh perdana menteri. Nah,ketika uang itu sudah ditandatangani dan baru dirilis, ternyata beliau ketahuan tersangkut kasus pemberontakan di Sumatra.

Akhirnya, uang tersebut belum sampai beredar luas, terpaksa harus ditarik kembali. Uang itu sampai sekarang dikenal sebagai seri hewan. Itu jadi barang yang sangat diburu kolektor juga.

Jadi, sebenarnya sejarah sebuah bangsa dapat dilihat dari uangnya. Kapan diterbitkan, mengapa dirilis, makna gambar dan kodenya, serta siapa yang menandatangani. Itu semua membongkar sebuah cerita sejarah.

Apakah ada jenis uang kuno yang perlu dilestarikan atau diselamatkan?
Uang yang perlu dilestarikan? Saya rasa semuanya perlu. Sebab, saat ini kecenderungannya banyak kolektor luar negeri yang gencar memburu uang-uang pada zaman kolonial. Ini menjadi isu tersendiri di kalangan numismatis Indonesia.

Kolektor-kolektor, khususnya dari Eropa, sangat berminat terhadap uang-uang kuno Indonesia. Jadi, sekarang ini banyak uang zaman kolonial atau zaman Hindia Belanda yang keluar [negeri].

Masalahnya, sekali uang itu keluar, tidak bisa masuk lagi ke Indonesia. Sebab, harganya pasti akan melambung tinggi. Kolektor asing itu mencari ke Indonesia, sebab harga di sini jauh lebih rendah dibandingkan di luar negeri. Jadi mereka langsung hunting di Indonesia.

Di situs ebay juga semakin banyak kolektor asing yang mencari uang kuno Indonesia. Mereka suka sekali uang, baik dari zaman Hindia Belanda maupun Orida (Oeang Republik Indonesia Daerah).

Uang Orida sekarang ini semakin jarang yang punya. Susah sekali dicari. Kalau kolektor Indonesia tidak cepat-cepat bertindak, akan semakin banyak yang lepas ke luar negeri. Sudah banyak uang kuno langka Indonesia yang lepas ke luar negeri. Dan sekali lepas, tidak bisa lagi kembali ke sini.

Nah, itu apa yang menjadi kendala? Mengapa kolektor Indonesia tidak bisa mengamankan uang kuno lokal atau kalah dengan kolektor asing?
Sebab uang lama kan terkait dengan bisnis. Memang ada kolektor yang benar-benar murni kolektor. Jadi, mereka mengoleksi uang untuk dirinya dan tidak akan dijual dengan harga berapapun karena tidak tertarik dengan keuntungan. Namun, banyak kolektor yang mendapatkan uang kuno, tapi menjualnya kembali ketika ada yang berani menawar dengan harga tinggi.

Pada awalnya mereka menjual hanya ke teman-teman dekat atau kenalan-kenalan saja. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya internet, mereka bisa menjual ke manapun. Tinggal unggah gambar, orang dari negara manapun bisa membeli. Akhirnya, banyak uang kuno Indonesia yang terbang ke luar negeri.

Kalau sudah sampai ke tangan orang asing, sudah deh, pasti akan susah sekali masuk lagi ke Indonesia.

Berarti uang kuno bisa dijadikan sebagai alat investasi, karena ada pergerakan harganya. Nah, bagaimana cara menentukan nilai dari sebuah uang kuno?
Harga itu terpengaruh pada beberapa hal. Satu, tingkat kelangkaan. Itu adalah faktor utama. Semakin langka uang, pasti semakin mahal.

Dua, kondisi uang. Semakin bagus kondisinya, semakin tinggi harganya.

Bagaimana dengan uang yang misprint atau miscut. Apakah masih bisa dikoleksi dan ada nilainya?
Betul sekali. Itu malah harganya lebih mahal. Bank Indonesia setiap mengeluarkan uang baru, mereka akan mengeluarkan lembaran uang yang untuk dipotong. Kemudian ada juga uang-uang yang salah potong.

Banyak juga penggemarnya, karena harganya malah lebih tinggi. Karena uniknya itu. Dan mungkin juga karena termasuk langka, karena tidak banyak uang yang salah potong, salah cetak, salah warna, atau tintanya tidak rata.

Misalnya pecahan Rp50.000 yang salah cetak, itu harganya bisa ratusan ribu rupiah. Nilainya bisa setara dengan empat lembar uang yang tidak cacat atau utuh.

Apakah ada koleksi tertentu yang paling banyak diburu oleh kolektor?
Preferensi masing-masing kolektor berbeda-beda. Ada yang berdasarkan negara, ada yang berdasarkan serinya. Meskipun dia mengoleksi banyak uang, tapi pasti memiliki preferensi atau minat khusus.

Ada kolektor yang khusus mengoleksi uang-uang kolonial, ada yang khusus uang Orida. Ada yang mengoleksi gambar tokoh-tokoh dunia di uang, ada yang koleksi gambar hewan seperti burung. Dari negara manapun, yang penting gambar burung, dia koleksi.

Ada juga yang mencari seri kapal, seri gunung, dan sebagainya. Preferensi masing-masing kolektor berbeda-beda. Biasanya dia akan melakuan apapun untuk melengkapi koleksinya dari seri tertentu. Agak mirip karakternya dengan koleksi perangko.

Bagaimana perkembangan kolektor uang kuno di Indonesia?
Perkembangannya lebih berbasis pada komunitas. Secara kasat mata, perkembangannya bagus. Semakin banyak penjual, dan pengoleksi. Dulu paling hanya orang-orang tertentu saja. Sekarang sudah bermunculan banyak nama.

Dulu, basis numismatis hanya di Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Sekarang berkembangnya luas sekali, misalnya ke Jogja, Solo, Klaten, Tegal, Pekalongan, Slawi, dan sebagainya. Dulu komunitas kalau mau berkumpul harus ke Surabaya dulu, atau ke Jakarta dan Bandung. Sekarang ini, setiap daerah sudah memiliki komunitasnya sendiri.

Apa saja kegiatan komunitas kolektor uang kuno?
Pameran bersama. Misalnya, di Jogja, setiap tahun mereka berusaha membuat pameran uang kuno. Kalau di Jakarta ada yang namanya Java Auction, setiap tahun pasti rutin menghelat pameran.

Biasanya mereka juga saling memberi kabar dan informasi tentang keberadaan barang bagus, atau barang apa yang sedang booming. Lalu juga informasi-informasi seputar perkembangan harga uang kuno.

Mendapat koleksinya dari mana saja?
Selain info-info dari komunitas, kenalan, atau rekan sesama numismatis, juga dari berburu di dunia maya. Seperti ebay, grup Facebook, lalu dari situs lelang numismatik satu-satunya di Indonesia yaitu Kintamoney.com. Itu menjadi rujukan para kolektor sebelum berburu uang.

Sumber: https://lifestyle.bisnis.com/read/20151125/220/495336/mengenal-lebih-dekat-hobi-numismatik

3 September 2019

Numismatik tak pernah redup (liputan Bisnis Indonesia)

Numismatik tak pernah redup (liputan Bisnis Indonesia)


Catatan: Artikel ini pertama kali terbit di Bisnis Indonesia Weekend edisi Minggu, 22 November 2015

Penulis: Wike D. Herlinda & Ipak Ayu H. Nurcaya

HARUS diakui, numismatik atau koleksi uang kuno merupakan salah satu hobi yang tidak lekang digerus zaman. Seiring dengan semakin berkembangnya era modern, para numismatis (kolektor uang kuno) justru semakin menjamur di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia sendiri, hobi ini terus menjangkau pelosok daerah, linier dengan pesatnya perkembangan komunitas kolektor uang kuno. Ahli uang kuno Eko Nurhuda--yang juga owner UangLama.com--menjelaskan tambah semaraknya numismatis (kolektor) karena uang tidak dapat dilepaskan dari sejarah bangsa.

"Semua ada kaitannya dengan sejarah bangsa. Jadi, setiap uang memiliki cerita," tuturnya.

Contohnya uang yang dicetak pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno. Uang yang dicetak pada masa Orde Lama dikenal memiliki variasi kode rahasia yang tidak sembarangan dirancang. Demikian pula uang yang dicetak berdasarkan seri. Uang yang dicetak pada 1957 adalah seri hewan yang ditandatangai oleh (saat itu) Gubernur Bank Indonesia Sjafruddin Prawiranegara, yang kemudian terlibat dalam pemberontakan PRRI Permesta di Sumatra.

"Nah, ketika uang itu sudah ditandatangani dan baru dirilis, ternyata ketahuan tersangkut kasus pemberontakan di Sumatra. Akhirnya, uang tersebut belum sampai beredar luas, terpaksa harus ditarik kembali," jelasnya.

Cerita sejarah yang mengiringi uang seri hewan ini yang akhirnya membuat para kolektor uang berlomba-lomba mendapatkannya. Ternyata uang yang memiliki makna tertentu pada gambar, tanggal rilis, kode, dan tandatangan tokoh di kedua sisinya ini mampu menjadi pemikat para kolektor.

Eko menjelaskan numismatis di Indonesia ternyata menjadi besar karena komunitas. "Secara kasat mata, perkembangannya bagus. Semakin banyak penjual, dan pengoleksi. Dulu paling hanya orang-orang tertentu saja. Sekarang sudah bermunculan banyak nama," ujarnya.

Persebaran basis kolektor juga bertambah tidak hanya di Surabaya, Bandung, dan Jakarta saja, tetapi meluas hingga Yogyakarta, Surakarta, Klaten Tegal, Pekalongan, Slawi, dan kota lainnya. Dari komunitas tersebut, maka para kolektor dapat berbagi informasi mengenai uang kuno yang bagus, sedang booming, dan seputar perkembangan harga uang kuno.

"Komunitas ini juga menambah koleksinya melalui satu-satunya situs lelang numismatik, kintamoney.com, yang saat ini menjadi rujukan para kolektor sebelum berburu uang," katanya.

Menurutnya, uang dalam kondisi misprint atau miscut tidak jarang terjual dengan harga mahal. Dia mengatakan pecahan uang Rp50.000 yang salah cetak dapat dijual dengan nominal empat kali lipat lebih tinggi dibanding nilai yang tertera di lembarannya.

"Harganya malah lebih tinggi. Karena uniknya itu. Dan mungkin juga karena termasuk langka, karena tidak banyak uang yang salah potong, salah cetak, salah warna, atau tintanya tidak rata," ujarnya.

Pesona mengumpulkan uang kuno ternyata menarik hati Rudi Lukito untuk menjadi kolektor. Hobi yang ditekuninya sejak 1980-an ini membuatnya memiliki ribuan jenis uang kuno.

"Koleksi uang kuno sebagai hobi itu keuntungannya selain kepuasan batin, menambah jejaring pertemanan, juga sebagai investasi," katanya.

Investasi Menguntungkan

Dia mengungkapkan dengan jual beli uang kuno, membuatnya mendapatkan tambahan penghasilan yang jumlahnya jauh lebih tinggi dibandingkan gajinya sebagai programmer. Pendapatan tambahan yang cukup fantastis ini membuatnya semakin giat untuk mengumpulkan beberapa seri uang yang terbilang langka.

"Uang kuno itu harganya sangat beragam. Mulai dari Rp7.000 hingga puluhan juta. Uang kuno yang mahal pastinya yang jarang ditemukan. Misalnya uang kuno tahun 1970-an, yang diproduksi dalam jumlah terbatas oleh Bank Indonesia," katanya.

Kolektor Arifin Martoyo--yang kesehariannya berprofesi sebagai dokter--tercatat sebagai kolektor senior. Dia mengungkapkan pernah membeli selembar uang kuno dengan harga Rp260 juta. Selain itu, dia tidak merasa rugi untuk membeli beragam jenis uang dengan seri yang beragam seharga Rp1,5 miliar.

"Koleksi uang kuno itu banyak manfaatnya. Salah satunya adalah menambah penghasilan atau sarana investasi, karena uang kuno ternyata banyak peminat dan harganya selalu naik terus. Masalah utamanya bukan menjual tetapi cara mendapatkannya lagi," tuturnya.

Namun, Arifin menyarankan jika menginginkan koleksi uang kunonya menjadi instrumen investasi, maka harus memiliki pengetahuan mendalam. Informasi tentang uang kuno, dana yang cukup, dan jejaring pertemanan yang luas, adalah faktor utama. Dengan demikian dapat dengan mudah membeli dan menjual barang.

"Selain itu, jika ingin berinvestasi pada uang kuno, saya anjurkan untuk berburu sendiri, dan tidak melalui lelang. Dengan mendapatkan barang langsung dari pemilik maka harga bisa bagus dan masih menguntungkan jika ingin dijual," katanya.

Senada, pendiri Club Oeang Revolusi (CORE) Uno menuturkan koleksi uang kuno dapat dijadikan investasi.

"Memang tidak melejit seperti tren batu akik, yang sangat melejit, kemudian meredup. Jika bermain di uang kuno, trennya sangat landai. Tidak terjadi fluktuasi seperti itu [batu akik]. Keuntungannya adalah selalu muncul pembeli atau kolektor baru," katanya.

Pendiri Numismatik Yogyakarta Wisnu Murti (tampak di foto atas) menuturkan tren jual beli uang kuno akan terus terjadi karena semua item akan menjadi barang buruan.

"Semuanya pasti dicari, karena ada item tertentu yang dicetak sangat terbatas atau beredarnya hanya sedikit. Uang-uang kuno yang salah cetak atau salah potong itu juga banyak dicari. Harganya jauh lebih mahal ketimbang uang dalam kondisi baik," katanya.

Padahal, tambahnya, berdasarkan aturan Bank Indonesia, uang yang salah cetak atau salah potong harus dikembalikan ke Bank Sentral dan tidak boleh beredar atau ditransaksikan.

"Sebetulnya itu menyalahi aturan BI sih. Tetapi justru karena itulah kolektor malah menyukainya," ujarnya.

18 Maret 2016

Koleksi Antik Investasi Numismatik - Harian Analisa

Koleksi Antik Investasi Numismatik - Harian Analisa


UANG koin pecahan kecil, misalnya Rp500 dan Rp200, bahkan yang terkecil saat ini Rp100, sering kita anggap tidak bernilai. Kembalian dari belanja, ketiga pecahan keci itu pun berserak di dalam laci, di atas meja rias, atau malah tersapu sebagai sampah. Padahal, sesuatu yang kita anggap tidak berharga, pada saatnya bisa saja menjadi tiada tara nilainya. Pernahkan terpikir oleh kita untuk mengumpulkannya pada satu tempat, lalu disimpan tak ubahnya menyimpan perhiasan?

Kita memang sering mengabaikan hal-hal kecil tersebut, namun tidak pada koin mata uang negara jiran. Pecahan sekecil apapun dari mata uang asing, lebih kita hargai dan disimpan meskipun hanya sekadar untuk benda suvenir. Perbedaan perlakuan ini sah-sah saja.

Koin rupiah maupun koin asing sesungguhnya punya nilai yang sama di mata kolektor. Yang membedakan nilainya, hanya pada tahun pembuatan, kelangkaan (limited edition), kondisi benda, dan bahan bakunya. Bagi kolektor, uang kertas maupun berbentuk koin yang diterbitkan tahun tertentu bisa bernilai jual ‘wah’ dan sangat menggiurkan. Apalagi yang sudah langka dan berbahan logam mulia.

“Bisa tinggi nilainya. Untuk jenis koin tertentu maupun uang kertas yang bernomor seri berurut. Tapi hobi numismatik kadang tidak berpatokan pada nilai jual, sebab sebuah hobi tentu nilai kebahagiaannya relatif tergantung pada orangnya,” ungkap Ketua Perhimpunan Filateli Indonesia (PFI) Sumatera Utara, Lukman Yanis, kepada Analisa saat menggelar pameran di Kantor Pos Medan pertengahan November lalu.

Sekarang, imbuh Yanis, tidak hanya benda koleksi numismatiknya saja yang langka. Para kolektornya juga semakin sedikit. Kalaupun masih tersebar di Sumut, kebanyakan mereka lebih memilih untuk tidak berhimpun pada sebuah perkumpulan/organisasi layaknya di PFI.

Motivasi Iseng
Banyak orang menjadi numismatis bukan karena termotivasi pada awalnya. Ia hanya tidak sengaja memiliki beberapa lembar mata uang atau pun koin lama. Ada pula kalangan filatelis yang tidak kalah iseng untuk mengumpulkan benda-benda numismatik – berasal dari bahasa Latin, numisma yang artinya uang logam. Kini, papar Yasin, numismatis tidak terpaku pada koin semata, uang kertas juga dijadikan koleksinya.

Sama halnya, karena berprofesi sebagai karyawan bank atau profesional lain yang posisinya selalu berkutat dengan uang (kasir atau bendahara), akhirnya tertarik mengoleksi berbagai jenis mata uang. Tidak jarang, papar Yasin, karena keseringan ke luar negeri dan tertarik melihat mata uang asing, kemudian mengumpulkannya sebagai koleksi. Karena motivasi iseng inilah, yang mendasari seseorang akhirnya menjadi numismatis.

Karena iseng pula, kolega saya yang tidak sengaja mendapatkan beberapa butir logam koin yasin – saat mencangkul di halaman rumahnya di Tanjung Morawa, kini semakin tertarik untuk menambah koleksinya.

“Tidak untuk dijual. Saya sangat tertarik dengan warna dan gambarnya,” jelasnya.

Ia pun menunjukkan koin yasin itu yang salah satu sisinya bertuliskan yasin dengan huruf Arab gundul dengan susunan tulisan sejajar ke bawah. Pada sisi lain koin tersebut bergambar seseorang (seperti pria berjenggot panjang) diembos, memegang tongkat dengan tangan kiri dan di tangan kanannya menjinjing sebuah benda mirip tempat bekal makanan. Sedangkan di bagian atas kanan dekat kepala, bergambar bulan sabit-bintang dan tulisan yasin serta sederet tulisan lainnya.

Penasaran dengan koin unik dan langka itu, saya pun mencoba berselancar di dunia maya, pada salah satu situs pelelangan koin kuno, ternyata koin yasin itu bernilai sangat fantastis. Tapi tegas pemilik koin itu, untuk tidak menjualnya dan hanya akan dijadikan koleksi.

Sejatinya, motivasi dasar sebagai alasan seseorang menggeluti sebuah hobi itu sangat penting. Dengan adanya motivasi, ketekunan dan keseriusan akan menyertai. Begitu halnya, motivasi sangat diperlukan bagi seorang numismatis. Karena dari motivasi itulah akan lahir tujuan yang kelak ingin dicapai seorang numismatis.

Nilai Sejarah
Benda-benda numismatik yang unik kerap memiliki nilai sejarah sesuai tahun terbitnya. Nilai sejarah inilah yang menjadi pemicu dasar tinggi-rendahnya benda numismatik. Sama kita ketahui, sebelum kemerdekaan RI, uang sebagai alat tukar dalam perdagangan sudah dikenal meluas di nusantara.

Perdagangan internasional pada masa lampau, menyuburkan peredaran mata uang asing di negara kepulauan ini. Misalnya mata uang dari zaman Kerajaan Hindu Buddha (850-1300 Masehi), zaman kerajaan-kerajaan Islam, masa pemerintahan kolonial Belanda, kedatangan pedagang Perancis dan Inggris, hingga era pendudukan Jepang.

Pada sebuah literatur, saat Ratu Buton II (Kerajaan Buton di Sulawesi Tenggara) masih berjaya sekira abad ke-14, pernah dibuat uang berbahan dasar kain tenun dengan sebutan Kampua. Seiring maraknya imperialisme di Indonesia, mata uang koin pun mulai diperkenalkan. Masih ingatkah kita, beberapa tahun lalu warga Ngawi pernah menemukan uang kuno dari zaman Dinasti Ching, bahkan warga Malang juga menemukan sekarung uang yang sama? Zaman bergulir, uang kertas pun mulai diproduksi.

Menjadi numismatis memang perlu modal wawasan. Jika bersungguh-sungguh, tentu wawasan ini bisa didapatkan dari berbagai cara. Misalnya melebur pada sebuah perkumpulan numismatik, mempelajari referensinya dari buku, majalah, bahkan dunia maya. Kini bahkan tersedia katalog uang kertas Indonesia (KUKI) dan katalog uang logam Indonesia.

Dengan wawasan yang memadai, kita bisa membedakan jenis dan seri uang tertentu. Ini akan memudahkan menyiasati uang mana yang akan dikoleksi. Terpenting, memahami harga uang kuno dipasaran saat sekarang. Katagol Uang Kertas Indonesia (KUKI) dan katalog sejenis bisa membantu kita untuk mengambil keputusan.

Kita bisa berdecak kagum, melihat harga selembar uang kertas yang melambung 1.500% dari nominal aslinya bahkan lebih. Tapi ada juga yang kenaikan nilainya biasa-biasa saja, artinya jika jenis uang tersebut dalam jumlah banyak dikonversikan dengan bunga bank dan ditabungkan dalam jangka waktu tertentu, sekarang nilainya tetap sama.

Layaknya mengoleksi barang-barang lainnya, mengoleksi numismatik juga mendatangkan keuntungan secara finansial. Tidak harus uang kuno, uang yang kita pakai sekarang juga harganya bisa melebihi nominal yang ada. Apa alasannya?

Tidak jauh beda dengan nomor perdana kartu sim ponsel, nomor yang berurut atau yang kembar – triple, kwarted, dll – nilai jualnya bisa selangit. Begitu juga dengan uang kertas yang memiliki seri ‘nomor cantik’. Misalnya pecahan uang kerta yang ada saat sekarang, niminal Rp.1.000, pecahan Rp2.000, pecahan Rp10.000, atau pecahan Rp50.000.

Yah, mengoleksi numismatik baik dari jenis uang antik hingga uang bernomor cantik bisa menjadi investasi masa depan. Kecuali akan melunaskan kebahagian karena hobi, investasi numismatik juga bisa mendatangkan hoki. Tertarikkah Anda? (Rhinto Sustono/Analisa)

Sumber: http://harian.analisadaily.com/news?r=85957

12 Maret 2016

Daftar Nominasi Banknote of the Year 2015

Daftar Nominasi Banknote of the Year 2015


PEMILIHAN mata uang terbaik tahunan bertajuk Banknote of the Year 2015 yang diadakan oleh International Bank Note Society (IBNS) akan segera digelar. Penyelenggara telah mengumumkan 20 uang kertas baru yang masuk dalam nominasi final. Selanjutnya akan dipilih satu untuk ditetapkan sebagai Banknote of the Year 2015.

Pengajuan nominasi ditutup IBNS sejak 31 Januari 2016 lalu. Setelah melakukan seleksi, dari sekian banyak uang baru yang diterbitkan sepanjang tahun 2015 terpilihlah 20 nominasi yang daftar lengkapnya diumumkan di laman resmi IBNS.

Kini IBNS tengah menggelar penjurian untuk memilih satu uang kertas dengan desain terbaik dan fitur keamanan paling mengesankan untuk ditetapkan sebagai Banknote of Year 2015. Proses penjurian yang dilakukan dengan cara voting oleh seluruh member IBNS direncanakan rampung pada 20 Maret mendatang.

Satu hal yang menarik perhatian, uang kertas Kazakhstan kembali masuk nominasi tahun ini. Ini merupakan kali kelima secara berturut-turut Tenge ada dalam daftar nominee Banknote of the Year. Tepatnya sejak tahun 2011, di mana uang kertas pecahan 10.000 tenge kemudian keluar sebagai Banknote of the Year 2011. Dua tahun setelahnya Kazakhstan terus terpilih sebagai pemenang dengan pecahan 5.000 tenge (2012) dan 1.000 tenge (2013).

Tahun lalu uang 1.000 tenge dengan desain baru juga masuk nominasi Banknote of the Year 2014. Akan tetapi juri pada akhirnya lebih memilih uang kertas keluaran bank sentral Trinidad & Tobago nominal 50 dolar sebagai pemenang mengalahkan 130 uang lain yang diedarkan sepanjang tahun itu.

Hal menarik lainnya, Suriah yang tengah dirundung konflik internal rupanya masih sempat mencetak mata uang baru. Bank Sentral Suriah mengeluarkan uang kertas nomimal 1.000 pound. Sebuah uang dengan desain bertemakan Romawi kuno. Pada bagian depan (observe) terdapat gambar amphitheater peninggalan Kekaisaran Romawi di Bosra. Sedangkan di bagian belakang (reverse) terdapat repro lukisan di dinding reruntuhan bangunan Romawi di As-Suwayda.

Nominee lain yang mencuri perhatian adalah mata uang 100 yuan keluaran Bank Sentral Tiongkok. Uang ini menggambarkan kecanggihan teknologi bangsa Tiongkok yang tengah mengembangkan teknologi ruang angkasa. Gambar stasiun luar angkasa Tiangong-1 dan satelit Dongfanghong I ada bagian depan (observe). Lalu pada bagian belakang (reverse) memperlihatkan kemajuan teknologi penerbangan yang telah dicapai Tiongkok, berupa gambar burung, pesawat biplane Fung Joe Guey, sebuah pesawat jet jumbo, stasiun luar angkasa Tiangong 1 dan satelit Shenzhou 9 dengan Chang’e 1.

Berikut daftar nominasi Banknote of Year 2015 selengkapnya








































20 Februari 2016

Promosikan money changer, gadis cantik ini pakai baju dari uang kertas

Promosikan money changer, gadis cantik ini pakai baju dari uang kertas


EMPAT orang gadis cantik tampil mencolok di tengah-tengah keramaian Kota Solo. Bukan karena paras ayu mereka, melainkan pakaian yang mereka kenakan tidak lazim. Ya, empat gadis masing-masing berambut panjang sebahu tersebut memakai baju terusan yang terbuat dari uang kertas.

Dengan atasan lengan panjang, bagian dada pakaian yang dikenakan keempat gadis ini merupakan jejeran berbagai uang kertas mancanegara. Uang-uang kertas tersebut terus bersambung hingga ke lutut membentuk rok. Entah berapa lembar uang kertas yang dihabiskan untuk membuat satu helai pakaian tersebut. Yang jelas, tampak mata uang asing seperti dolar Amerika Serikat bersama dong Vietnam, baht Thailand, yen Jepang, poundsterling Britania Raya, dan beberapa mata uang mancanegara lain.

Tak cuma mata uang asing, pada salah satu pakaian juga terdapat uang pecahan Rp50.000 bergambar I Gusti Ngurah Rai. Ini uang rupiah yang masih berlaku. Menarik dicari tahu apakah uang tersebut asli atau palsu.

Ngomong-ngomong, apa yang dilakukan keempat gadis cantik tersebut dengan pakaian dari uang kertas seperti itu? Usut punya usut, mereka tengah mempromosikan sebuah money changer. Berdiri di tengah keramaian, masing-masing gadis memegang sejumlah brosur yang dibagikan pada orang-orang yang berada di sekitar mereka.








Ini sebenarnya foto lama, kejadiannya sudah berlalu dua tahun lalu, tepatnya 28 April 2013. Tapi saya baru saja menemukannya di Google Images saat mencari beberapa gambar terkait uang lama.

Foto-foto ini dikirimkan oleh fotografer Setiawan Prayudhi asal Karanganyar, Jawa Tengah, untuk situs jurnalisme foto Demotix.com. Sayang, tak ada keterangan di mana gadis-gadis ini berada saat itu.